Sunday 9 October 2016

Biografi Sandiaga Uno, Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta


Bagaimana rasanya menjadi konglomerat di usia muda?? Punya karyawan lebih dari 10.000 orang. Masuk 50 orang terkaya di Indonesia dengan total aset triliunan rupiah. Sering bertemi para presiden. Punya pesawat pribadi serta menjadi penasihat presiden. Anda bisa bertanya langsung kepada orangnya. Namun sangat sulit menemukan anak muda yang bisa masuk daftar terkaya dalam usia dibawah 40. Namun itu tidak berlaku bagi Sandiaga Uno.

Sandiaga Uno membangun kekayaannya bukan harta dari harta warisan atau hibah. Perjalanan bisnis Sandiaga Uno tidak semulus yang dibayangkan banyak orang. Pernah Sandiaga harus menunggu sampai 2 jam hanya untuk bertemu klien. Dan yang tidak kalah heboh, Sandi pernah ditolak 25 bank dalam waktu 1 minggu dalam pengajuan kredit.


Menyerahkah Sandi?


Sandiaga Salahuddin Uno, lahir di Rumbai, 28 Juni 1969. Sandi lulus kuliah dari The Wichita State University, Kansas, Amerika Serikat, pada tahun 1990 dengan predikat summa cum laude. Setelah itu, anak dari Mien Uno ini bekerja di Bank Summa, milik William Soeryadjaya (Bos Astra). Tahun 1991 Sandi mendapat beasiswa dari William untuk melanjutkan pendidikan di George Washington University, Amerika Serikat. Ia lulus dengan IPK 4,00. Namun saat itulah, Bank Summa harus ditutup karena bank tersebut terkena dampak dari efek perang di Timur Tengah. Waktu itu, Bank Summa mengelola yayasan Soeharto dan uang tersebut di investasikan di Timur Tengah. Efek dari perang tersebut mengakibatkan uang tidak bisa diambil.

Di tahun 1994, Sandi bergabung dengan MP Holding Limited Group sebagai Investment Manager. Di tahun selanjutnya, 1995 ia pindah ke NTI Resorces Ltd di Kanada dan menjabat Executive Vice President NTI Resources Ltd dengan penghasilan 8.000 dolar AS per bulan. Namun, kariernya tak berlangsung lama. Krisis moneter sejak akhir 1997 menyebabkan perusahaan tempatnya bekerja bangkrut. Semua tabungan hasil jerih payahnya yang diinvestasikan ke pasar modal juga turut kandas akibat ambruknya bursa saham global.

"Sebagai karyawan perusahaan, banyak hal dapat terjadi di luar kontrol kita. Apabila keaadan ekonomi memburuk, ada kemungkinan kita di PHK meskipun kita memiliki prestasi di perusahaan itu". Ucap Sandiaga Uno.

Inilah masa-masa berat bagi Sandi, "Biasanya saya dapat gaji setiap bulan, tapi sekarang berpikir bagaimana bisa survive" Sandi memutuskan untuk membangun usaha dengan teman SMA-nya dengan nama PT Recapital Advisors. Dengan modal pas-pasan ia menyewa tempat kecil yang kemudian disulap menjadi kantor. Karyawannya hanya ada 4 orang. Tempat ini juga dulu adalah studio foto dengan warna cat pink.

Setiap ada klien, Sandiaga tidak mau bertemu di kantornya karena ia malu. Ia mengajak kliennya bertemu di hotel. Untuk mengembangkan usahanya, Sandiaga mengajukan kredit kepada bank. Dalam 1 minggu, Sandiaga pernah ditolak oleh bank tidak kurang dari 25 kali! Penolakan dan penghinaan kerap dicicipinya. Ketidakpercayaan klien menjadi makanan sehari-hari. Maklum, karena saat itu Sandiaga masih sangat terlihat muda.

Semakin ditolah, Sandi semakin bergairah

Hubungan dekat Sandi dengan keluarga Soeryadjaja membawa Sandi mendirikan perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya bersama anak Edwin Soeryadjaja. Saratoga adalah perusahaan private equity. Saratoga punya saham besar di PT Adaro Energy Tbk, perusahaan batu bara terbesar kedua di Indonesia yang mempunyai cadangan 928 juta ton batu bara.

Cara kerja perusahaan private equit adalah dengan membeli perusahaan-perusahaan yang sudah hampir mati dan berada dalam perawatan BPPN, sekarang berganti nama PPA. Lantas, perusahaan ini disuntikkan dana, lalu diperbaiki kualitas managemenya, setelah menghasilkan keuntungan, perusahaan ini dijual kembali. Sandi terlibat dalam banyak pembelianmaupun refinancing perusahaan-perusahaan, Contohnya mengakuisisi Adaro, BTPN, hingga Hotel Grand Kemang.

Private Equity Fund adalah perusahaan pengelola investasi yang mendapat sponsor dari berbagai pihak baik individual maupun institusi yang tugasnya mencari perusahaan-perusahaan yang bermasalah yang layak dikucurkan investasi, lalu ditingkatkan kinerjanya dan kemudian dijual kembali. Prosentase bagi hasilnya bisa beragam. Private Equity bisa mendapat fee management sebesar 2% dan 20% untuk carry interest (semacam  success fee).

Kesuksesan perusahaan private equity dalam menyembuhkan "perusahaan sakit" terletak pada penempatanan para SDM berkualitas, pembenahan sistem manajemen yang transparan, dan sistem kompensasi pegawai dengan kinerja.

PT Saratoga Investama Sedaya















Bisnis yang dijalankan Sandi pada waktu itu tergolong sedikit pemainnya dan prospeknya bagus, maka tidak berapa lama kemudian, dengan berkat doa dan kerja keras, Sandi terus mencari peluang baru. Ia menemui orang-orang kaya dan potensial, sekarang ia menjadi orang yang sangat berhasil dalam usia yang sangat muda. Ada lebih dari 16 perusahaan yang sudah ia ambil alih. Beberapa perusahaan yang telah dijual antara lain, PT Dipasena Citra Darmaja, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dan PT Astra Microtronics.

Hal yang paling berat adalah memberikan keyakinan kepada para investor untuk menanamkan uangnya ke private equity."itu yang paling sulit, bagaimana meyakinkan bahwa Indonesia masih punya prospek".